Kisah Ummu Mahjan -raa- Berkhidmat Untuk Masjid Nabawi

Pembaca yang dirahmati Alloh. Jangan pernah kita meremehkan amal kebaikan sekalipun kecil, dan ketahuilah bahwa kita diseru untuk menunaikan tanggung jawab kita dengan mencurahkan segenap kemampuan, dan banyak berkorban dalam rangka menegakkan bangunan Islam yang agung. Janganlah sekali-kali kita mengelak dari tugas ini sekalipun hanya sedetik, karena tipu daya musuh Islam terhadap kita semua. Mereka musuh-musuh Islam ingin sekiranya kita menyimpang dari tugas yang mulia ini, dan mereka berupaya menjatuhkan semangat kita dalam berkhidmat kepada Islam dan membina umat.
Janganlah kita mundur dari berkhidmat kepada Islam karena kita merasa lemah, tidak ada kemampuan untuk ikut andil dalam menguatkan masyarakat Islam, sebab sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu merupakan rekayasa dari setan jin dan manusia.
Kisah seorang wanita yang lemah dan berkulit hitam.
Kisah ini merupakan sebuah pelajaran bagi seluruh kaum muslimin, dan terkhusus untuk kaum Muslimah dalam hal kesungguhan, ketawadhu’an hingga sampai pada puncak semangatnya.
Mari kita mengenal beliau melalui kilas sejarah, Beliau bernama Ummu Mahjan. Dalam kitab Ath-Thobaqot, Ibnu Sa’ad menyebutkan secara shohih tanpa menyebutkan nama aslinya, karena memang Ummu Mahjan  kurang mendapat perhatian.
Ummu Mahjan seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah  sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka.
Ummu Mahjan  menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan putus asa adalah jalan yang tidak dikenal di hati orang-orang yang beriman.
Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah.  Beliau senantiasa menjaga kebersihan rumah Allah  sebab masjid memiliki peran yang sangat penting di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Masjid, ibarat tempat bermusyawarah yang sebanyak lima kali sehari digunakan untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah sekolah bagi para sahabat untuk menuntut ilmu dari Rosululloh 
Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah  demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafa‘ur rasyidin, dan begitu pula seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk itulah Ummu Mahjan  tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itu merupakan amal yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak pernah meremehkan pentingnya membersihkan kotoran, untuk membuat suasana yang nyaman bagi Rasulullah  dan para sahabat beliau dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.
Ummu Mahjan  terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga wafat pada zaman Rasulullah  Ketika ia wafat, para shahabat, membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mereka mendapati Rasulullah  masih tertidur. Mereka pun tidak ingin membangunkan beliau, sehingga mereka langsung menshalatkan dan menguburkannya di Baqi‘ul Gharqad.
Pagi harinya Rasulullah  merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi kita dan kami dapatkan kita masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan kita.” Maka beliau bersabda: “Marilah kita pergi!”. Lantas bersama para shahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjann  Maka Rasulullah  berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah  menshalatkannya dan bertakbir empat kali.
Sebuah riwayat dari Abu Hurairah  bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah  merasa kehilangan dia, lantas beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah  bersabda: “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah  berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan  itu adalah hal yang sepele.” Rasulullah  bersabda: “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!”. Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah  kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda:, “Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.”
Pendengar. Itulah Ummu Mahjan  Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Oleh karena itu, ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah  hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para shahabat beliau yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya,agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan  ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia.
Bahkan tidak cukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menshalatkannya agar Allah  menerangi kuburnya dengan shalat beliau.
Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah Ummu Mahjan  tentang kesungguhannya dalam beramal. Dengan kondisi tubuhnya yang lemah, ia terus menerus beramal dengan apa yang dia bisa, yaitu membersihkan Masjid. Sekalipun di mata kebanyakan manusia, perbuatan itu adalah perbuatan yang sepele dan bisa dikerjakan oleh siapapun. Namun di mata Alloh dan Rosul-Nya, itu adalah amalan yang besar, karena Ummu Mahjan  telah beramal dengan segenap kemampuannya.
Di sini ada sebuah hikmah, bahwa Alloh  tidak akan pernah menyia-nyiakan peran seseorang dalam beramal untuk kemajuan Islam, tak peduli sekecil apa peran tersebut. Demikian pula dengan Rosululloh  Dengan keagungan akhlak yang telah Alloh  ajarkan kepadanya, Beliau  tidak pernah meremehkan manusia, dan tidak pernah pula meremehkan amalan seseorang. Rosululloh  yang sangat penyayang kepada ummatnya selalu memberikan do’a dan respon terbaik kepada Ummatnya.
Wallohu a’lam. Wassalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs



Baca Juga:

Langganan Via Email
BANNER 728X90
Copyright © | by: Me